Beranda | Artikel
Beragama dengan Ikhlas
Jumat, 29 November 2019

Bismillah.

Allah memerintahkan kita untuk mengikhlaskan ibadah dan ketaatan untuk-Nya, dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun juga.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya…” (al-Israa’ : 23)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya mereka beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya dengan hanif…” (al-Bayyinah : 5)

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku nanti pada hari kiamat adalah yang mengucapkan laa ilaha illallah secara ikhlas dari dalam hatinya, atau dari dalam jiwanya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah haramkan neraka untuk menyiksa orang yang mengucapkan laa ilaha illallah karena mengharapkan wajah Allah.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan hak hamba kepada Allah ialah Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh sebab itulah setiap rasul sepakat untuk mengajak manusia beribadah kepada Allah dan menjauhi syirik. Karena pemurnian ibadah kepada Allah merupakan asas dalam agama Islam. Tanpa asas ini Islam tidak bisa tegak bahkan tidak diterima di hadapan Allah.

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.” (al-Ma’idah : 72)

Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu; Jika kamu berbuat syirik pasti lenyap semua amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Dakwah tauhid mengajak manusia untuk menghamba kepada Allah semata dan meninggalkan semua bentuk sesembahan selain Allah. Karena tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Allah semata yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Maka hanya Allah pula yang berhak mendapatkan perendahan diri dan puncak kecintaan dari hamba-Nya.

Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)

Allah berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah [sesembahan] yang benar, sedangkan apa-apa yang mereka seru selain-Nya adalah batil.” (al-Haj : 62)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru bersama Allah siapa pun juga.” (al-Jin : 18)

Allah tidak ridha dipersekutukan bersama-Nya dalam hal ibadah siapa pun juga; apakah itu malaikat, nabi, ataupun wali. Para malaikat adalah hamba Allah, demikian pula para nabi dan wali. Mereka tidak memiliki hak untuk disembah sama sekali. Maka menujukan ibadah kepada selain Allah adalah bentuk kezaliman yang sangat besar dan pelecehan kepada Allah.

Allah berfirman (yang artinya), “Beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kalian persekutukan dengan-Nya apa pun.” (an-Nisa’ : 36)

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya syirik itu benar-benar suatu kezaliman yang sangat besar.” (Luqman : 13)

Allah berfirman (yang artinya), “Seandainya mereka itu berbuat syirik pasti akan lenyap semua amal yang pernah mereka kerjakan.” (al-An’am : 88)

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan akan mengampuni dosa-dosa di bawah tingkatan itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (an-Nisa’ : 48)

Syirik adalah menujukan ibadah kepada selain Allah bersama ibadahnya kepada Allah. Mungkin orang itu juga melakukan sholat dan puasa, tetapi dia juga menujukan sebagian ibadahnya kepada selain Allah; apakah itu nabi, wali, atau jin. Dia memberikan sembelihan untuk dipersembahkan kepada selain Allah seperti untuk menolak gangguan jin. Padahal memberikan sembelihan untuk pengagungan kepada selain Allah adalah syirik dan terlaknat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR. Muslim)

Demikian pula doa, ia merupakan bentuk ibadah yang sangat agung. Tidak boleh menujukan doa kepada selain Allah; apakah itu jin, wali, atau bahkan nabi dan orang-orang yang sudah mati.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah berfirman; Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (Ghafir : 60)

Adapun berdoa kepada selain Allah dengan tujuan agar mereka menjadi pemberi syafaat di akhirat atau dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah; maka ini merupakan bentuk perbuatan syirik yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu dan terus bermunculan di sepanjang masa.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan mereka beribadah kepada selain Allah; sesuatu yang tidak mendatangkan bahaya ataupun manfaat kepada mereka. Mereka mengatakan bahwa; mereka ini adalah para pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah.” (Yunus : 18)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong/sesembahan, mereka itu beralasan; Tidaklah kami menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” (az-Zumar : 3)

Dengan demikian seorang muslim wajib beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Inilah yang disebut sebagai tauhid; penghambaan secara murni kepada Allah dengan segala bentuk ibadah. Sehingga dikatakan oleh para ulama bahwa ibadah tidaklah dikatakan ibadah yang benar kecuali apabila disertai dengan tauhid, sebagaimana halnya sholat tidak dinamakan sholat yang benar kecuali apabila disertai dengan thaharah/bersuci. Maka orang yang bertauhid adalah mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah dan berpaling dari segala bentuk sesembahan selain-Nya. Inilah yang disebut sebagai orang yang hanif; yaitu orang yang ikhlas.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/beragama-dengan-ikhlas/